Tuesday, September 23, 2008

Antara Puasa, Kepompong Dan Tujuan Hidup

Saya ambil dari beranigagal.blogspot.com

---------

Antara Puasa, Kepompong Dan Tujuan Hidup
DI Bulan Ramadhan ini umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Tujuannya tiada lain adalah mencapai derajat ketakwaan bagi yang mendapatkannya. Mengapa demikian, karena tidak semua yang berpuasa bisa mencapai derajat ketakwaan. Tergantung pada kualitas puasanya seperti apa.

Ada yang berpuasa hanya mendapatkan rasa haus dan lapar saja. Ada juga yang berpuasa tapi sedikit mendapatkan kenikmatan spiritual, dan ada juga yang berpuasa dan mendapatkan kebahagiaan dalam berpuasa. Akan tetapi kita tidak bisa mengetahui mana orang yang berpuasa dan mendapatkan makna puasa dan orang yang tidak mendapatkannya. Soalnya kualitas puasa sangat individual dan hanya Allah yang mengetahui apakah puasanya diterima atau tidak.

Memang ada indikator lain untuk melihat kualitas puasa seseorang. Secara sederhana orang yang benar dalam berpuasa akan muncul perubahan-perubahan dalam sikap, watak, cara berbicara, cara berinteraksi dll dalam kehidupan sehari-harinya yang mengarah kepada kebiasaan yang lebih baik.

Kalau saya mengibaratkan puasa dan tujuan hidup, kita bisa melihat contoh dari seekor ulat yang masuk ke dalam kepompong untuk berubah menjadi kupu-kupu dalam waktu sekitar seminggu. Seekor ulat saja berani untuk berpuasa, tidak makan, tidak minum, tidak ke mana-mana, tidak ghibah, tidak melihat yang tidak benar, tidak mendengar yang negatif selama satu minggu. Ulat berani bermetamorfosis dari seekor ulat yang jelek di dalam kepompong demi mencapai tujuan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.

Dalam kasus ini, ketika seseorang ingin mencapai satu tujuan tertentu, maka ada harga yang mesti dibayar untuk mencapainya. Dan harga tersebut merupakan sesuatu yang pasti dan tidak bisa ditawar-tawar. Ulat ingin menjadi kupu-kupu membutuhkan waktu 7 hari, telur ingin menetas harus dierami selama 21 hari, manusia lahir harus melalui proses 9 bulan 10 hari.

Tidak ada kesuksesan yang gratis, tidak ada pencapaian tujuan hidup tanpa perjuangan. Semuanya diperlukan proses, waktu dan kesungguhan untuk mencapainya. Sama dengan puas, yang ingin mencapai derajat ketakwaan, maka berpuasalah dengan cara yang benar, khusu dan ikhlas selama satu bulan penuh. Tapi kabar baiknya, siapapun bisa mencapai kesuksesan asalkan mau menempuh langkah-langkah dan hukum-hukum sukses tersebut, tanpa kecuali. Tidak peduli apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan, anak orang kaya atau miskin, sekolah tinggi atau tidak, kalau menjalani hukum kesuksesan maka tujuan tadi bisa tercapai.

Pertanyaannya adalah, apa langkah-langkah yang bisa mencapai kepada kesuksesan yang kita inginkan? Secara sederhana ada beberapa tahapan. Pertama, menentukan tujuan secara spesifik apa yang kita inginkan dalam kurun waktu tertentu, kedua membuat keputusan untuk membuat langkah-langkah dalam mencapai tujuan tersebut. Ketiga, fleksibel dalam menggunakan cara untuk mencapai tujuan, keempat memahami hukum proses bahwa untuk mencapai sesuatu membutuhkan waktu dan keterampilan tertentu, kembali membuat tujuan baru setelah tujuan sebelumnya tercapai.

Pertama, menentukan tujuan secara spefisik. Kalau kita mencoba bertanya kepada sekelompok orang, apa tujuan hidup mereka pasti jawabannya variatif. Tapi yang jelas, hanya 5 persen di antara mereka yang memiliki tujuan yang spesifik. Selebihnya hanya tujuan yang ngambang yang tidak jelas cara pencapaiannya. Seperti, tujuan hidup adalah menjadi manusia yang berguna untuk nusa bangsa dan negara, menjadi manusia yang bermanfaat, dll.

Tujuan-tujuan tersebut tidak salah, tapi tidak fokus. Dalam hidup ini ketiadaan fokus akan tujuan bisa mengaburkan cara pencapaiannya. Bisa saja tujuan-tujuan tadi tenggelam ditelan waktu karena otak kita kesulitan untuk membaca pencapaiannya. Tujuan-tujuan tadi memang menjadi sangat banyak bila di-breakdown dalam berbagai bidang kehidupan kita. Tujuan pencapaian finansial, kesehatan, karier, spiritual, relasi, keluarga, dll. Tidak mengapa, memang harus spesifik seperti itu.

Dalam bidang finansial misalnya, berapa pendapatan bulanan yang kita jadikan tujuan tahun ini, tahun mendatang, dua tahun yang akan datang, 5 tahun yang akan datang dan bagaimana cara mencapainya, profesi apa yang bisa menunjang pendapatan tersebut. Dalam kesehatan, bagaimana cara memelihara kebugaran tubuh, pekerjaan apa yang apabila kita melakukannya akan sangat memiliki passion (gairah dan semangat) yang tinggi. Pun dalam spiritual, relasi dan keluarga. Bila kita sudah memiliki tujuan-tujuan tadi, langkah untuk mencapainya pun akan jauh lebih mudah ketimbang tujuan yang remang-remang.

Pernah melihat lomba menembak? Sasaran tembak biasanya sebuah kayu persegi empat, kemudian diberi lingkaran, mulai dari lingkaran yang paling besar, kemudian mengecil, mengecil sampai yang terakhir hanya berupa titik. Titik terakhir inilah yang menjadi sasaran tembak. Kemungkinan untuk mengarahkan sasaran tembak kita akan jauh lebih mudah ketimbang mengarakan sasaran tanpa ada lingkaran-lingkaran tadi.

Kedua, membuat keputusan untuk memulai melangkah dari langkah pertama sampai langkah terakhir. Memiliki tujuan saja tanpa membuat keputusan untuk mulai melangkah tidak memiliki arti apa-apa. Kebanyakan di antara kita terjebak dalam Bab yang pertama, Bab Niat. Lantas tidak tahu langkah berikutnya apa. Niat saja tidak cukup untuk mewujudkan sesuatu, akan tetapi harus juga didukung oleh langkah kongkrit mencapai tujuan tadi. Apakah dengan cara mengangkat telepon, menghubungi orang untuk membuat kesepakatan-kesepakatan tertentu, atau membuat janji pertemuan dengan orang untuk mendukung langkah kita dll. Intinya ada langkah kongkrit untu mendukung keputusan tadi.

Ketiga, fleksibel dalam menggunakan cara untuk mencapai tujuan. Satu cara bisa saja berhasil dan bisa juga tidak berhasil mencapai tujuan. Artinya, kalau satu jalan berhasil mencapai tujuan kita dapat menyumpulkan memang itulah caranya. Namun apabila satu cara belum berhasil, jangan cepat putus asa. Ulangi kembali dengan cara lain yang berbeda sampai berhasil. Pernahkah anda mendengar seseorang menginginkan hasil yang berbeda sementara cara yang dia gunakan itu-itu terus? Dengan kata lain, kita tidak akan mendapatkan hasil yang berbeda kalau cara yang dilakukan sama. Kalau ingin memperoleh hasil yang berbeda, lebih bagus, lebih baik, maka cara yang dilakukan pun harus lebih baik dari cara sebelumnya.

Dan yang terakhir, keempat memahami hukum proses. Hukum proses mengatakan bahwa untuk mencapai satu titik maka diperlukan waktu tertentu. Bisa cepat, bisa juga lambat. Dan ini artinya, untuk mencapai satu tujuan tertentu tidak ada istilah karbitan, jalan pintas, dll. Kalau dilakukan cara-cara tadi, maka hasilnya pun akan karbitan pula. Gelar sarjana harus dicapai dengan menyelesaikan 150 SKS. Kalau baru 75 SKS sudah selesai, maka gelar kesarjanaannya akan dituntut secara hukum. Dengan sendirinya orang tadi telah melakukan kriminalitas intelektual.

Kalau kita memahami hidup ini dengan berbagai macam perangkatnya, maka kita akan merasa enak dalam menjalaninya. Tidak ada istilah protes, menyesal, sewot, kesal, apalagi bersungut-sungut karena semuanya sudah dipahami. Inilah yang dinamakan, kalau berani hidup maka harus dilengkapi dengan ilmu-ilmunya, keterampilannya, keahliannya dalam mengelola hidup ini. Dengan memiliki keterampilan hidup maka menjalani hidup ini akan jauh lebih mudah. Semoga.

Oleh : Ade Asep Syarifuddin
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Harian Radar Pekalongan. Dapat dihubungi di e-mail asepradar@gmail.com.
Read More..

Kekuatan & Kelemahan atau Potensi & Keterbatasan?

Artikel berikut ini adalah tulisan Abah Rama (Rama Royani) yang pernah saya download.
Semoga bermanfaat...

----

KEKUATAN DAN KELEMAHAN atau
POTENSI DAN KETERBATASAN ?

Pengantar :
Berbekal dari pengertian bahwa positif lawannya negatif, seringkali ada persepsi kalau Kekuatan lawannya Kelemahan, lebih celaka lagi bahwa sejak 30 tahun yang lalu kita dijejali oleh konsep SWOT didalam membuat perencanaan organisasi sehingga hampir semua orang dewasa yang sudah bekerja mengenali istilah ini dan berbagai konsultan membuat versi lain yang prinsipnya sama saja yaitu TOWS (agar persepsinya "menarik") dan ada juga yang hampir benar seperti SLOT (dengan mengganti Weakness menjadi Limitation).

Dalam konteks tersebut diatas, tidak heran kalau ada persepsi bahwa kalau bisa "memperbaiki" kelemahan maka akan timbul kekuatan dan itu juga sebabnya pada hampir semua organisasi, butir butir kelemahan menjadi perhatian utama untuk dijadikan masukkan didalam perencanaan untuk "diperbaiki" yang dijabarkan dengan detil didalam "rencana tindakan" yang istilah kerennya "Action Planning".
Jarang sekali ada organsasi yang justru berfokus pada "kekuatannya" didalam membuat "action planning".

Yang menarik adalah di amerika ada study tentang butir butir rencana tindakan hasil analisis SWOT di banyak perusahaan. Ternyata lebih dari 50% butir-butir tersebut selalu timbul dari tahun ke tahun dan ini membuktikan bahwa tidak sedikit kelemahan yang tidak bisa diperbaiki.

Apa ada yang salah?
Saya menemukan tiga hal penting dalam menjelaskan hal tersebut diatas
Pertama : persepsi bahwa dengan memperbaiki kelemahan maka akan mendapatkan kekuatan
Kedua : persepsi bahwa manusia bisa memperbaiki segala macam kelemahan
Ketiga : pengertian yang salah tentang arti kelemahan

Pertama : Memperbaiki kelemahan akan mendapatkan kekuatan.
Kalau kita menganggap bahwa kekuatan dan kelemahan berada pada kutub yang berlawanan, maka memperbaiki kelemahan hanya akan mengakibatkan hilangnya kelemahan yang posisinya ditengah tengah atau netral dan ini bukan berarti menjadi kekuatan
Kedua : Manusia bisa memperbaiki segala macam kelemahan.
Obsesi manusia untuk memperbaiki kelemahan merupakan peluang yang dimanfaatkan oleh Self Help Industries yang menyebabkan orang orang di Amerika menghamburkan milyaran dollar dengan hasil yang sangat amat tidak memadai.
Persepsi bahwa manusia bisa berubah menyebabkan pelatihan dan seminar tentang Individual Development laku keras akan tetapi kita semua tahu bahwa pelatihan pelatihan semacam ini hanya membawa dampak beberapa minggu saja, bahkan pelatihan Asia Works yang dianggap paling hebatpun tahu kalau manusia itu seperti bandul yang sewaktu waktu akan kembali keposisi semula.
Ada pendapat bahwa manusia bisa berobah kalau ada krisis
Tetapi apa yang terjadi lihat komentar dibawah ini:

What if a heart specialist told you that you had to change some lifestyle patterns or die? Could you change to save your life?
The odds against your being able to do it are nine to one according to Dr. Raphael “Ray” Levey, founder of the Global Medical Forum in November 2004 at IBM’s Global Innovation Outlook” Conference. (As reported in Fast Company, May 2005)
Dr. Edward Miller, Dean of Medical School at John Hopkins University said:
“They must make changes to live, but they can’t seem to do it. We’re missing a link there somewhere.”

Bayangkan saja, ancaman kematian yang merupakan krisis yang paling hebatpun sulit membuat manusia berubah.
Jadi apa betul manusia tidak bisa memperbaiki kelemahannya?

Kita harus bisa memilah milah yang dimaksud dengan kelemahan
Kalau kelemahan tersebut terkait dengan:
Skill (Keterampilan – def: kemampuan melakukan langkah langkah yang benar dari suatu kegiatan).............maka biasanya dengan berlatih orang bisa menjadi semakin terampil
Knowledge (Pengetahuan)... maka dengan belajar orang bisa semakin tahu
Values (Tatanilai)...... tidak sedikit contoh orang yang tadinya penjahat menjadi orang baik
Behaviour (Perilaku/Tingkah laku).... supir angkot di cimindi yang sulit diatur tiba tiba menjadi sangat teratur setelah menjadi supir TransJakarta (Busway)

Jadi ada kelemahan yang bisa diperbaiki tetapi ada juga kelemahan yang tidak bisa diperbaiki dan ratusan tahun yang lalu sudah ada do’a yang namanya Serenity Prayer yang menyatakan keinginan besar untuk bisa mengetahui mana yang bisa diperbaiki mana yang tidak bisa diperbaiki:

“ God, grant me Serenity to accept the things I cannot change, Courage to change the things I can and Wisdom to know the difference”

Yang dapat diperbaiki dengan mudah adalah Skill yang tidak membutuhkan bakat tertentu dan Knowledge
Yang juga bisa diubah adalah Behaviour yang didukung oleh bakat bakat dominannya, karena kalau tidak, maka akan membuat seseorang menjadi stress berat
Yang juga bisa diperbaiki adalah Values
Dan ini yang penting :
Pada umumnya hal hal yang terkait dengan personality traits seseorang, sangat sulit diubah bahkan tidak bisa berubah


Ketiga : Pengertian yang salah tentang Kelemahan
Sebenarnya akan lebih jelas apabila kita menambah istilah kekuatan dan Kelemahan dengan Potensi dan Keterbatasan agar pengertiannya menjadi lebih gamblang sbb:
Allah memberikan Potensi dan Keterbatasan kepada setiap makhluknya sedang Kekuatan dan kelemahan adalah merupakan pilihan dan upaya manusia atas potensi dan keterbatasannya masing masing.
o Manusia diberikan potensi akal dan keterbatasan terbang maupun bernafas didalam air
o Burung diberikan potensi terbang dan keterbatasan berlari
o Ikan diberikan potensi bernafas di air dan keterbatasan memanjat
o Cacing diberikan potesi menembus , hidup didalam tanah dan keterbatasan berlari
Kalau makhluk makhluk tersebut diatas berusaha melatih potensinya maka akan timbul kekuatan,
o Kalau manusia berlatih dan belajar dengan menggunakan akalnya maka kekuatannya akan timbul
o Kalau burung berlatih terbang maka kekuatannya timbul
akan tetapi kalau makhluk tersebut memaksa bertindak dengan menggunakan keterbatasannya, maka akan timbul kelemahan.
o Kalau manusia memaksa untuk bernafas didalam air dia akan kelemahannya timbul
o Kalau cacing berusaha untuk berlari maka kelemahannya timbul
o Kalau ikan berusaha untuk terbang maka kelemahannya tombul

Dengan begitu, kalau kita menggali Potensi dan Keterbatasan kita maka akan jelas bahwa rencana tindakannya akan lebih berfokus kepada mengasah potesi menjadi kekuatan lalu menggunakan kekuatan tersebut untuk maju kedepan ketimbang berusaha memperbaiki keterbatasan ataupun memaksa bertindak berdasarkan keterbatasan.
o Kalau manusia ingin terbang, maka gunakan akalnya untuk membuat kapal terbang
o Kalau manusia ingin menyelam maka gunakan akalnya untuk membuat alat penyelam



Jadi kalau Gallup bilang:

“Focus on your Strength and manage around your Weakness”
( Fokus pada Kekuatan dan siasati Kelemahan)

Maka Abah Rama bilang

” Fokus pada Kekuatan siasati Keterbatasan”

==========================================================
Surah Ar’ Rahman (Q : 33)
“Hai golongan jin dan manusia, apabila kamu sanggup menembus penjuru penjuru langit dan bumi, maka tembuslah ! Tetapi kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan KEKUATAN ”
==========================================================
Read More..

Saturday, September 20, 2008

Makna Ha Na Ca Ra Ka

Artikel tentang makna aksara jawa Hanacaraka ...
Ternyata tidak sekedar aksara saja, tetapi ada history-nya dan juga maknanya.

diambil dari berbagai sumber.

-----------

HANACARAKA
Sumber: Perpustakaan Gantharwa

Aksara Jawa Ha-na-ca-ra- ka
Dan Ketakutan Orang Jawa Akan Disharmoni, akibat salah komunikasi

ha na ca ra ka
Dikisahkanlah tentang dua orang abdi yang setia

da ta sa wa la
Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi

pa da ja ya nya
Mereka sama-sama kuat dan tangguh

ma ga ba tha nga
Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama

Aksara Jawa ha-na-ca-ra- ka mewakili spiritualitas orang Jawa yang terdalam: yaitu kerinduannya akan harmoni dan ketakutannya akan segala sesuatu yang dapat memecah-belah harmoni. Konon aksara Jawa ini diciptakan oleh Ajisaka untuk mengenang kedua abdinya yang setia.

Dikisahkan Ajisaka hendak pergi mengembara, dan ia berpesan pada seorang abdinya yang setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti: janganlah memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri: Ajisaka. Setelah sekian lama mengembara, di negeri perantauan, Ajisaka teringat akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan mengambil keris pusaka itu di tanah leluhur. Kepada abdi yang setia ini dia mewanti-wanti: jangan sekali-kali kembali ke hadapannya kecuali membawa keris pusakanya.

Ironisnya, kedua abdi yang sama-sama setia dan militan itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama: hanya karena tidak ada dialog di antara mereka. Bukankah sebenarnya keduanya mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat junjungannya? Dan lebih ironis lagi, kisah tragis tentang dua abdi yang setia ini selalu berulang dari jaman ke jaman, bahkan dari generasi ke generasi.

Jikalau manusia ingin melangkah lebih jauh (agar tidak menjadi bangkai) maka sebaiknya dengan asumsi yang telah di tafsirkan secara berbeda yang diajarkan oleh Pakubuwono IX, Raja Kasunanan Surakarta. Tafsir tersebut adalah:
• Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan).
• Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
• Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Ilahi) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
• Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

Makna Huruf
Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam

Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi

Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan

Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.

MANUSIA ADALAH UTUSAN, MAKA MENJALANI PANGGILAN SEBAGAI UTUSAN ADALAH SIKAP YANG TEPAT DI HADAPAN SANGHYANG.
Read More..

Enam Pertanyaan Imam Ghazali

Artikel tentang Enam Pertanyaan Imam Ghazali kepada murid-muridnya berikut ini dapat kita temukan dari berbagai sumber, baik website, blog, maupun milist.

----------

Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam beliau bertanya beberapa hal. Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?.

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “Mati“. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS. Ali Imran 185)

Lalu Imam al-Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?“.

Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah “MASA LALU.”

Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini?“.

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “Nafsu” (QS. Al- a’araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?“.

Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” (QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?“.

Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam al-Ghazali. Namun menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah ‘meninggalkan SHALAT‘. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita juga tinggalkan shalat.

Lantas pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?“.

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah “lidah MANUSIA“. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Read More..

Friday, September 19, 2008

Dimana Posisi Kita di Sisi Allah?

Artikel ini saya kutip dari serial Al-hikam - www.sufinews.com

----------

Manakala anda ingin melihat posisi anda di sisiNya, maka lihatlah bagaimana Allah memposisikan dirimu (saat ini).

Allah menjadikan makhluknya menjadi dua kelompok besar. Kelompok celaka dan kelompok bahagia. Saat ini dimana posisi anda diantara dua kelompok tersebut, apakah anda masuk dalam kelompok celaka yang paling celaka, atau kelompok bahagia paling bahagia. Lihatlah dan refleksikan dimana hati anda saat itu.

Bila anda masuk dalam posisi sedang taat dan penuh ubudiyah, berarti Allah sedang meninggikan derajat anda. Bila anda sedang maksiat dan mengingkari perintahNya, berarti Allah sedang menghinakan anda.
Bila anda bersemangat untuk taubat, berarti Allah sedang mengampuni anda. Bila anda mengulur-ulur taubat anda berarti Allah belum mengampuni diri anda.

Jika hati anda terus menerus membenarkan wujud Tuhanmu dan Dialah Satu-satuNya yang berkuasa dan Diraja, serta diri anda meneladani jejak RasulNya, maka anda berada dalam golngan orang-orang yang mendapatkan limpahan kebajikan. Sebaliknya jika anda mengingkari semua itu, anda tergolong paling celaka ketika itu.

Apabila anda masuk golongan hamba yang berbahagia, tetapi anda ingin melihat posisi anda, apakah tergolong ahlul Qurbi (kalangan yang dekat dengan Allah) atau ahlul Bu'di (kalangan yang jauh dari Allah) maka coba anda tengok hati anda: Kalau anda mengenal Allah melalui makhluk-makhlukNya di semesta raya ini, maka anda tergolong kelompok yang jauh dari Allah. Tetapi kalau anda mengenal Allah melalui Allah, maka anda tergolong kaum yang dekat dengan Allah.

Anda yang menuju Allah tetapi masih melalui perantara semesta makhluk ini anda belum menemukan Allah, dan anda sulit selamat - kecuali Rahmat Allah --, melainkan anda harus ditolong oleh seorang Mursyid yang Kamil- Mukammil yang bisa mengantar anda di hadapan Allah.

Bila anda tergolong Ahlul Yamin, dan ingin mengetahui posisi anda apakah tergolong orang yang mulia atau tergolong yang terhina: Lihatlah apakah anda tergolong orang yang menjalankan perintahnya atau justru melanggar laranganNya. Kalau anda melanggar perintahNya meremehkan ajaranNya, maka anda tergolong orang ang terhinakan. Termasuk terhinakan pula posisi anda manakala, adalah ketika anda malas-malasan beribadah, anda menerjang larangan dan memusuhi para waliNya.
Demikian yang diuraikan panjang lebar oleh Ibnu Ajibah al-Hasani dalam Syarah al-Hikam.
Read More..

Shalat Khusyuk

Sebuah artikel dari M. Arifin Ilham yang pernah dimuat di harian Republika (Kamis, 7 Juni 2007).

Shalat Khusyuk

Oleh : M Arifin Ilham


''Sungguh beruntung orang-orang Mukmin. Yakni mereka yang khusyuk dalam shalatnya.'' (QS Al-Mukminun [23]: 1-2)

Mari kita ingat-ingat kembali. Sudah berapa ribu kali kita shalat? Kalau kita mulai wajib shalat sejak usia 13 tahun (akil balig), katakanlah sekarang usia kita 33 tahun, berarti sudah 20 tahun kita shalat. Seandainya tak pernah sekalipun kita membolos dalam shalat, berarti 20 tahun kali 12 bulan kali 150 kali, hasilnya kurang lebih 36 ribu kali kita shalat.

Nah, dari jumlah tersebut, berapa kali kita shalat yang benar-benar khusyuk? Berapa kali kita shalat yang seluruh perhatian kita, baik pancaindera maupun hati dan pikiran hanya untuk Allah, tidak terganggu oleh ingatan dan perasaan tentang dunia? Mungkin hal itu bisa kita hitung dengan jari. Bahkan, boleh jadi, belum sekalipun kita merasakan kekhusyukan dalam shalat.

Orang yang khusyuk shalatnya adalah orang yang sangat beruntung. Siapa orang yang shalatnya khusyuk hidupnya akan bahagia. Bahkan, kematian pun akan membuatnya bahagia. Ia sama sekali tidak takut mati. Karena setiap shalat ia selalu berdoa, ''Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah semata.''

Mengapa kita harus takut berjumpa dengan Allah? Bukankah Dia yang kita hadapi saat shalat? Bukankah Dia yang nama-Nya selalu kita sebut-sebut selama ini, sedangkan mati adalah satu-satunya pintu yang membuat kita bisa berjumpa dengan-Nya?

Orang yang khusyuk berkeyakinan dalam shalatnya berjumpa dengan Allah, lalu ia selalu merasa dalam perhatian Allah, dalam pendengaran Allah, dalam tatapan Allah, sebagaimana ia wafat akan berjumpa dengan Allah. Allah mencintai hamba-Nya. Hamba itu pun mencintai Allah. Demikianlah kekasih Allah, ia akan tersenyum tatkala jiwanya dipanggil Allah. ''Wahai pribadi yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Masuklah dalam kelompok hamba-hamba-Ku yang Aku ridhai. Dan masuklah ke dalam surga-Ku.''

Alangkah beruntungnya orang yang khusyuk dalam shalatnya. Surga perdana di dunia ini, bila Allah memberikan rasa khusyuk di dalam shalat kita.

Alangkah indahnya kalau para pejabat, para pemimpin, dan para wakil rakyat kita khusyuk shalatnya. Indonesia yang adil dan makmur insya Allah segera terwujud. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa khusyuk dalam shalat. Wallahu a'lam bish-shawab.
Read More..

Kisah Penanam Duri

Semoga kisah ini bermanfaat...

Dari www.jalal-center.com

Jalaluddin Rumi pernah bercerita tentang seorang penduduk Konya yang punya kebiasaan aneh; ia suka menanam duri di tepi jalan. Ia menanami duri itu setiap hari sehingga tanaman berduri itu tumbuh besar. Mula-mula orang tidak merasa terganggu dengan duri itu. Mereka mulai protes ketika duri itu mulai bercabang dan menyempitkan jalan orang yang melewatinya. Hampir setiap orang pernah tertusuk durinya. Yang menarik, bukan orang lain saja yang terkena tusukan itu, si penanamnya pun berulang kali tertusuk duri dari tanaman yang ia pelihara.

Petugas kota Konya lalu datang dan meminta agar orang itu menyingkirkan tanaman berduri itu dari jalan. Orang itu enggan untuk menebangnya. Tapi akhirnya setelah perdebatan yang panjang, orang itu berjanji untuk menyingkir-kannya keesokan harinya. Ternyata di hari berikutnya, ia menangguhkan pekerjaannya itu. Demikian pula hari berikutnya. Hal itu terus menerus terjadi, sehingga akhirnya, orang itu sudah amat tua dan tanaman berduri itu kini telah menjadi pohon yang amat kokoh. Orang itu tak sanggup lagi untuk mencabut pohon berduri yang ia tanam.

Di akhir cerita, Rumi berkata: “Kalian, hai hamba-hamba yang malang, adalah penanam-penanam duri. Tanaman berduri itu adalah kebiasaan-kebiasaan buruk kalian, perilaku yang tercela yang selalu kalian pelihara dan sirami. Karena perilaku buruk itu, sudah banyak orang yang menjadi korban dan korban yang paling menderita adalah kalian sendiri. Karena itu, jangan tangguhkan untuk memotong duri-duri itu. Ambil-lah sekarang kapak dan tebang duri-duri itu supaya orang bisa melanjutkan perjalanannya tanpa terganggu oleh kamu.”
Read More..

Saturday, September 13, 2008

"Children Learn What They Live"

Tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak...

---

By Dorothy Law Notie (1954)

If children live with criticism
they learn to condemn.

If children live with hostility,
they learn to fight.

If children live with fear,
they learn to be apprehensive.

If children live with pity,
they learn to feel sorry for themselves.


If children live with ridicule,
they learn to feel shy.

If children live with jealousy,
they learn to feel envy.

If children live with encouragement,
they learn confidence.

If children live with tolerance,
they learn patience.

If children live with acceptance,
they learn to like themselves.

If children live with recognition,
they learn it is good to have a goal.

If children live with sharing,
they learn generosity.

If children live with honesty,
they learn truthfulness.

If children live with fairness,
they learn justice.

If children live with kindness and consideration,
they learn respect.

If children live with security,
they learn to have faith in themselves and in those about them.

If children live with friendliness,
they learn the world is a nice place in which to live.

dalam bahasa Indonesia

Jika seorang anak hidup dalam suasana penuh Kritik,
Ia belajar untuk Menyalahkan


Jika seorang anak hidup dalam Permusuhan,
Ia belajar untuk Berkelahi

Jika seorang anak hidup dalam Ketakutan,
Ia belajar untuk Gelisah

Jika seorang anak hidup dalam Belas Kasihan Diri,
Ia belajar mudah untuk Memaafkan Dirinya Sendiri

Jika seorang anak hidup dalam Ejekan,
Ia belajar merasa Malu

Jika seorang anak hidup dalam Kecemburuan,
Ia belajar untuk Iri Hati

Jika seorang anak hidup dalam Rasa Malu,
Ia belajar untuk merasa Bersalah

Jika seorang anak hidup dalam Semangat Jiwa Besar,
Ia belajar untuk Percaya Diri

Jika seorang anak hidup dalam Menghargai Orang Lain
Ia belajar untuk Setia dan Sabar

Jika seorang anak hidupnya Diterima Apa Adanya,
Ia belajar untuk Mencintai

Jika seorang anak hidup dalam Suasana Rukun
Ia belajar untuk Mencintai Dirinya Sendiri

Jika seorang anak hidupnya Dimengerti,
Ia belajar bahwa sangat baik untuk Mempunyai Cita-Cita
Read More..

Soft Skill vs Hard Skill

Ini adalah artikel yang dah cukup lama saya dapatkan dari sebuah milis sekitar 1 tahun yang lalu. Karena beberapa hari yang lalu ada diskusi tentang pentingnya softskill dari setiap individu di tempat kerja (khususnya bagi yang baru bergabung ke lingkungan yang baru).

Semoga artikel ini bermanfaat.

----- Forwarded Message ----
From: fadilah raharjo
To: HRM-Club@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, August 29, 2007 11:51:02 AM
Subject: Re: [HRM-Club] Penting mana?

Dear Ibu Dewi,

Hasil survey Stanford Research Institute, Harvard University & Carnegie Foundation menyimpulkan: Bahwa lima belas persen (15 %) dari alasan mengapa seseorang berhasil meraih keberhasilan dalam pekerjaan banyak ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi (Hard Skill). Bagaimana yang 85 %? Delapan puluh lima persen dari mereka yang meraih sukses, banyak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai manusia (Soft Skill)!


Perbaikilah Kepribadian Anda, dan Anda Akan Sukses
Oleh: Tunggul Tranggono


"You are free to choose, but the choice you make today will determine what you will have, be and do in the tomorrows of your life" Zig Ziglar.

Hasil survey Stanford Research Institute, Harvard University & Carnegie Foundation menyimpulkan: Bahwa lima belas persen (15 %) dari alasan mengapa seseorang berhasil meraih keberhasilan dalam pekerjaan banyak ditentukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi. Bagaimana yang 85 %? Delapan puluh lima persen dari mereka yang meraih sukses, banyak ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengenai manusia! Survey yang lain pada 16 (enam belas) jenis industri di Amerika menunjukkan bahwa ternyata prestasi seseorang tidak ditentukan oleh faktor pendidikan formal apakah seseorang tersebut sarjana atau bukan sarjana,bukan oleh faktor jenis kelamin apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan, bukan oleh ras apakah mereka itu kulit putih atau kulit hitam, dan juga bukan oleh umur apakah diatas 40 tahun atau dibawah 40 tahun.

Prestasi seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Bahkan disimpulkan juga bakat yang dibawa sejak lahir hanya berperan sebagai faktor imbuhan saja bagi prestasi seseorang. Kepribadian dan prestasi ibarat flight-attitude yang di-install pada cockpit pesawat terbang. Bila flight attitude menunjukkan kemiringan 45 derajat, maka berarti pesawat miring 45 derajat. Bila kepribadian seseorang tidak positif, maka prestasi yang bersangkutan tidak akan sukses, walau faktor pendukung kesuksesan yang lain dimilikinya. Oleh sebab itu apabila seseorang ingin sukses, tidak ada jalan lain kecuali menimba terus ilmu dan pengetahuan agar wawasannya luas, bekerja terus menerus agar memperoleh pengalaman dan mempertajam keterampilan, berpola pikir dan berpola tindak positif untuk makin menampilkan kepribadian yang positif. Tiga faktor ini yaitu "knowledge, skill and behaviour" oleh Dale Carnegie disebut sebagai faktor keberhasilan seseorang (The Triangle of Success).


KNOWLEDGE

Perjalanan jaman senantiasa diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi manusia yang terlahir pada jamannya dituntut setidak-tidaknya mengetahui apa yang terjadi dan sedang berkembang, kemudian menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dengan sikap yang adaptatif walau harus melakukan perubahan yang memerlukan pengorbanan. Dalam konteks bekerja dan pekerjaan misalnya, penerapan teknologi yang modern sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat mau tidak mau harus diterima dengan baik, sebab kalau kita tidak melakukannya, bukan hanya ketinggalan dengan yang lain, tetapi bahkan mungkin kita akan terlindas dengan perubahan/kemajuan yang sedang berlangsung. "Make change an ally!" Jadikan perubahan itu sahabat anda. Sebab alergi dengan perubahan, kita akan mandeg.

Dalam pergerakannya, ada satu hal yang tidak pernah berubah, yaitu bahwa jaman akan menawarkan kepada kita berbagai kesempatan terus menerus. Tinggal terserahlah kepada kita akan menyambut kesempatan tersebut dan menangkap atau membiarkannya berlalu. Yang jelas kesempatan yang sama tidak akan datang lebih dari satu kali, hilang diambil oleh yang lain atau lenyap tertelan waktu. Siap atau tidak siap salah satu keberhasilannya tergantung penguasaan kita terhadap ilmu kita yang kita miliki. Sebab menangkap kesempatan harus berbekal ilmu pengetahuan. Semakin luas ilmu kita semakin cakap kita mengambil kesempatan. Hanya orang yang membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan yang banyak mampu menangkap berbagai peluang dan kesempatan.

SKILL

Keterampilan pada akhirnya akan dicapai seseorang apabila mereka melakukannya dalam praktek. Penguasaan ilmu pengetahuan saja tidaklah cukup untuk bisa disebut sebagai terampil apalagi ahli. Dengan praktek seseorang akan menemui berbagai pengalaman yang sangat variatif, berbagai persoalan dan bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut. Ini membuat penguasaan terhadap fungsi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya semakin tajam. Berbekal ilmu pengetahuan ditambah pengalaman, seseorang akan mudah menemukan esensi dari ilmu pengetahuan tersebut, yang akan berpengaruh kepada keberhasilan dalam pengeterapannya. Solusi-solusi terhadap masalah bisa dipermudah sebab esensinya dikuasai. Untuk rakyatnya yang diharapkan bisa mandiri dan tidak tergantung kepada negara lain / kapitalis, Mahatma Gandhi menghimbau agar rakyatnya mempraktekkan ilmu pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.. Beliau mengibaratkan betapa tinggi praktek itu dengan perumpamaan bahwa satu ons praktik nilainya sama dengan satu ton ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dengan praktik, seseorang akan mendapatkan banyak manfaat dan ilmu yang lebih detail dan mendalam, sebab betul-betul dirasakannya dan dipahaminya.

BEHAVIOUR

Dipengaruhi oleh karakter yang terbawa sejak lahir, serta lingkungan kehidupan sehari-hari, seseorang akan tampil dengan ciri khusus yang mengemuka sebagai behavior dalam bentuk pola pikir dan pola tindaknya. Tampilan ini secara umum disebut sebagai kepribadian atau personality yang dalam awal tulisan disebut mempengaruhi pencapaian prestasi seseorang dengan dominan. Ada yang beranggapan kepribadian adalah pembawaan yang merupakan keturunan dari orang tua, atau yang tak bisa dirobah. Seorang sarjana, James William, menyatakan bahwa kepribadian seseorang ibarat bawang merah, yang apabila dikupas kulitnya, akan diketemukan kulit yang lain, begitu berkali-kali. Artinya kepribadian sebagai potensi sesungguhnya sangat banyak dimiliki oleh seseorang. Namun tidak nampak. Yang nampak atau ditampilkan sekarang ini adalah sebagian saja dari kepribadian yang dimilikinya. Hakekat dari pengibaratan ini adalah bahwa kepribadian itu bisa dikembangkan. "Attitude is learned, not inherited." Bisa dipelajari, bukan bawaan keturunan.

SELF DEVELOPMENT

Dengan berbekal ilmu pengetahuan (Knowledge), keterampilan (Skill) dan kepribadian (attitude & behaviour) yang dimilikinya, seseorang akan berhasil dalam pekerjaannya dan berprestasi tinggi. Namun itu tentunya tidak cukup. Perjalanan zaman membuat pula "social environment" berkembang. Oleh sebab itu prestasi pun harus berkembang dari waktu ke waktu sehingga seseorang senantiasa dalam posisi "kini lebih baik". Ibarat perjalanan, prestasi berawal dengan pertanyaan untuk diri sendiri ; siapa saya, dimana saya, hendak kemana saya, bagaimana caranya agar sampai kesana.

SIAPA SAYA?

Alangkah sulitnya seseorang yang ingin berkembang tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Untuk itu jurnal kehidupan senantiasa harus diikuti, neraca kehidupan senantiasa harus dibuat. Dengan introspeksi, dengan retrospeksi. Seberapa luas ilmu pengetahuan kita miliki? Seberapa terampilkah kita bekerja? Sepositif apakah kepribadian kita? Pengenalan diri sendiri dan kesadaran akan kekuatan serta kelemahan sendiri merupakan modal utama seseorang untuk bisa melakukan pengembangan diri. Tidak pula bisa dianggap sepele adalah pengenalan seseorang dari atau oleh orang lain yang harus dimanfaatkan sebagai 'feed-back' bagi koreksi akan hal-hal yang tidak baik pada diri kita.

DIMANA SAYA?

Seseorang hidup di tengah-tengah masyarakat, tidak terlepas dari interaksi antar berbagai aspek kepentingan baik manusia yang memiliki kepribadian berbeda-beda., dengan teman sekerja, lembaga / perusahaan dimana kita bekerja, masyarakat, bahkan sistem kerja yang saling interaksi secara global. Seseorang selalu berada di tengah-tengah berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Oleh sebab itu dimana letak posisi seseorang dalam interaksi organisasi, apa statusnya, harus disadari sebagai awal pijak perjalanan prestasi yang panjang.

HENDAK KEMANA SAYA?

Tujuan hidup hendaklah jelas. Clear Goal in Life kata sebagian orang. Bekerja sebagai usaha mewujudkan tujuan hidup haruslah jelas juga.Buat apa kita bekerja? Puaskah kita dengan kondisi sekarang? Atau kita ingin berkembang? Kemana kita akan menuju? Menentukan tujuan dengan jelas merupakan motivasi yang akan menggerakkan kita. Seberapa kuat (strength) kita, apa saja kelemahan (weakness) kita. Apabila sudah kita ketahui, dinamika interaksi sosial banyak menawarkan peluang (opportunities). Bahwa kita bisa menggapai kesempatan, adalah tergantung kesiapan kita. Adakah itu? Di samping itu harus diwaspadai pula bahwa di dalam berbagai kesempatan, ada juga ancaman -ancaman (threats) yang bisa membuat tujuan kita gagal.

BAGAIMANA CARANYA?

Dibumbuhi oleh semangat (enthusiasm), seseorang harus mencapai prestasinya. Untuk itu dalam pelaksanaannya haruslah berbahasa prestasi, bermotif prestasi (achievement motive orieented). Pada diri seseorang, motif prestasi bisa dikembangkan. Kebiasaan mengetahui apa yang dilakukan, senantiasa ingin mencapai hal yang lebih baik dari waktu sebelumnya, membandingkan antara hasil dan resiko-resiko, akan membawa seseorang kepada peningkatan motif prestasi yang semakin tinggi. Akhirnya secara naluriah pada diri seseorang akan terbentuk jiwa yang selalu ingin berprestasi. Seiring perjalanan hidupnya, tampillah suatu sosok jati diri yang mencerminkan kepribadian yang positif,yang bisa filling-nya mempercepat pemilihan antara kegiatan yang berguna bagi prestasinya dengan yang tidak. Dan kata tanya yang tepat untuk ini adalah di dalam kita berkegiatan atau bekerja, selalu ada pertanyaan kepada diri sendiri kenapa tidak yang terbaik yang aku lakukan?

PRESTASI, TERMINAL DARI TUJUAN

Individu adalah bagian dari institusi. Apabiia individu-individu berkembang, berkembang pulalah institusi, demikian sebaliknya. Dan apabila institusi berkembang, celah dan kesempatan semakin banyak, yang bisa kita tangkap semakin banyak pula kemungkinannya. Secara umum, "performance" kita akan saling terkait dengan performance institusi dimana kita bekerja. Oleh sebab itu bagi yang memahami alur pemikiran ini tak ada pilihan kecuali mengejar prestasi dengan bekerja sebaik-baiknya, sebab jalan kearah pencapaian tujuan semakin terbuka.

Pada akhirnya seiring perjalanan umur, sampailah kita di terminal tujuan hidup kita, di puncak karir dan bolehlah kita menghela nafas panjang sambil berucap: "Alhamdulillah, aku menjadi sebaik-baik diriku. Alhamdulillah tidak sia-sia hidupku,".


FADILAH RAHARJO
DALE CARNEGIE TRAINING
Jl. Setiabudhi No. 287A Bandung
Phone: 022.201.2600/022.200.9741
Fax: 022.201.2916
Hp: 0812-140.3277/022.700.14287
fadilah.raharjo@dalecarnegie.co.id
fadie24@yahoo.com
Read More..

My Fav Links

These are my fav links especially for emotional & spiritual knowledge:
1. www.jalal-center.com --> (Kang Jalal)
2. afton.sangsurya.com --> (Cak Nun)
3. gusmus.net --> (Gus Mus)
4. percikaniman.org --> (Aam Amiruddin)
5. syariahonline.com
6. alsofwah.or.id
7. sufinews.com
8. eramuslim.com

Semoga bermanfaat... Read More..

Change Blog

Since today, I will activate my new blog: e-konga.blogspot.com to replace my old one (eddykonga.blogspot.com) Read More..