Friday, October 31, 2008

Pelajaran dari Film Kungfu Panda

Nah... yang berikut ini adalah pelajaran dari film Kungfu Panda (salah satu film favorit saya) yang sudah cukup lama diputar di bioskop-bioskop.

Ini saya ambil dari http://beranigagal.blogspot.com

Insya Allah bermanfaat.

---

Pelajaran dari Film Kungfu Panda

Po, si Panda jantan, yang sehari-hari bekerja di toko mie ayahnya, memiliki impian untuk menjadi seorang pendekar Kung Fu. Tak disangka, dalam suatu kompetisi, Po dinobatkan sebagai Pendekar Naga yang dinanti-nantikan kehadirannya untuk melindungi desa dari balas dendam Tai Lung.

Saat menonton film animasi ini, saya seperti diingatkan tentang beberapa hal:

1. The secret to be special is you have to believe you're special.
Po hampir putus asa karena tidak mampu memecahkan rahasia Kitab Naga, yang hanya berupa lembaran kosong. Wejangan dari ayahnya-lah yang akhirnya membuatnya kembali bersemangat dan memandang positif dirinya sendiri. Kalau kita berpikir diri kita adalah spesial, unik, berharga kita pun akan punya daya dorong untuk melakukan hal-hal yang spesial. Kita akan bisa, kalau kita berpikir kita bisa. Seperti kata Master Oogway, “You just need to believe”

2. Teruslah kejar impianmu.
Po , panda gemuk yang untuk bergerak saja susah akhirnya bisa menguasai ilmu Kung Fu. Berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah, gagal mencapai impian karena terhalang oleh pikiran negatif diri kita sendiri? Seperti kata Master Oogway, “kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, saat ini adalah anugerah, makanya disebut Present ( hadiah).” Jangan biarkan diri kita dihalangi oleh kegagalan masa lalu dan ketakutan masa depan. Ayo berjuanglah di masa sekarang yang telah dianugerahkan Tuhan padamu.

3. Kamu tidak akan bisa mengembangkan orang lain, sebelum kamu percaya dengan kemampuan orang itu, dan kemampuan dirimu sendiri.
Master Shi Fu ogah-ogahan melatih Po. Ia memandang Po tidak berbakat. Kalaupun Po bisa, mana mungkin ia melatih Po dalam waktu sekejap. Kondisi ini berbalik seratus delapan puluh derajat, setelah Shi Fu diyakinkan Master Oogway -gurunya- bahwa Po sungguh-sungguh adalah Pendekar Naga dan Shi Fu satu-satunya orang yang mampu melatihnya. Sebagai guru atau orang tua, hal yang paling harus dihindari adalah memberi label bahwa anak ini tidak punya peluang untuk berubah. Sangatlah mudah bagi kita untuk menganggap orang lain tidak punya masa depan. Kesulitan juga acap kali membuat kita kehilangan percaya diri, bahwa kita masih mampu untuk membimbing mereka.

4. Tiap individu belajar dengan cara dan motivasinya sendiri.
Shi Fu akhirnya menemukan bahwa Po baru termotivasi dan bisa mengeluarkan semua kemampuannya, bila terkait dengan makanan. Po tidak bisa menjalani latihan seperti 5 murid jagoannya yang lain. Demikian juga dengan setiap anak. Kita ingat ada 3 gaya belajar yang kombinasi ketiganya membuat setiap orang punya gaya belajar yang unik. Hal yang menjadi motivasi tiap orang juga berbeda-beda. Ketika kita memaksakan keseragaman proses belajar, dipastikan akan ada anak-anak yang dirugikan.

5. Kebanggaan berlebihan atas anak/murid/diri sendiri bisa membutakan mata kita tentang kondisi sebenarnya, bahkan bisa membawa mereka ke arah yang salah.
Master Shi Fu sangat menyayangi Tai Lung, seekor macan tutul, murid pertamanya, yang ia asuh sejak bayi. Ia membentuk Tai Lung sedemikian rupa agar sesuai dengan harapannya. Memberikan impian bahwa Tai Lung akan menjadi Pendekar Naga yang mewarisi ilmu tertinggi. Sayangnya Shi Fu tidak melihat sisi jahat dari Tai Lung dan harus membayar mahal, bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Seringkali kita memiliki image yang keliru tentang diri sendiri/anak/murid kita. Parahnya, ada pula yang dengan sengaja mempertebal tembok kebohongan ini dengan hanya mau mendengar informasi dan konfirmasi dari orang-orang tertentu. Baru-baru ini saya bertemu seorang ibu yang selama 14 tahun masih sibuk membohongi diri bahwa anaknya tidak autis. Ia lebih senang berkonsultasi dengan orang yang tidak ahli di bidang autistik. Mendeskreditkan pandangan ahli-ahli di bidang autistik. Dengan sengaja memilih terapis yang tidak kompeten, agar bisa disetir sesuai keinginannya. Akibatnya proses terapi 11 tahun tidak membuahkan hasil yang signifikan. Ketika kita punya image yang keliru, kita akan melangkah ke arah yang keliru.

6. Hidup memang penuh kepahitan, tapi jangan biarkan kepahitan tinggal dalam hatimu.
Setelah dikhianati oleh Tai Lung, Shi Fu tidak pernah lagi menunjukkan kebanggaan dan kasih sayang pada murid-muridnya. Sisi terburuk dari kepahitan adalah kita tidak bisa merasakan kasih sayang dan tidak bisa berbagi kasih sayang.

7. Keluarga sangatlah penting.
Di saat merasa terpuruk, Po disambut hangat oleh sang ayah. Berkat ayahnya pula Podapat memecahkan rahasia Kitab Naga dan menjadi Pendekar nomor satu. Sudahkah kita memberi dukungan pada anggota keluarga kita?


Sumber : Anonymous

Read More..

Apakah Disiplin Berarti Menghukum?

Seringkali kita ingin membuat anak kita disiplin, tetapi bukan disiplin yang tertanam pada anak kita, malah seolah-olah anak kita semakin "membangkang" terhadap perintah kita. Apa kira-kira penyebabnya?

Berikut ini artikel dari Ariesandi (http://www.ariesandi.com) tentang mengajarkan disiplin kepada anak.

Insya Allah bermanfaat

---


Apakah Disiplin Berarti Menghukum?

Dalam kegiatan sehari-hari mendidik dan mengasuh anak kita seringkali berhadapan dengan berbagai perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita. Karena itu sering timbul dalam pemikiran untuk “mendisiplinkan” anak tersebut. Namun sayangnya banyak sekali orangtua tidak memahami benar apa makna disiplin yang sebenarnya. Orangtua dan pihak-pihak lain yang sering berurusan dengan anak gagal membedakan disiplin dengan hukuman.

Bahkan sejumlah kamus pun gagal melakukan pembedaan ini. Salah satunya adalah The New Oxford American Dictionary, kata dicipline (disiplin) didefinisikan sebagai “praktik melatih orang untuk mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidakpatuhan”. Oleh karena itu tak heran dengan definisi semacam ini maka seringkali pendisiplinan dikaitkan dengan alat-alat yang dipakai untuk membuat para pelaku kejahatan jera : penyalahan, membuat malu dan bahkan hukuman fisik.

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, discipulus, yang berarti “pembelajar”. Jadi disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran. Anak kita adalah seorang murid bagi orangtuanya. Agar ini dapat terjadi maka sebagai orangtua kita selayaknya menjadi pemimpin yang berharga untuk dipatuhi dan diteladani oleh anak-anak kita.

Perbedaan mendasar antara disiplin dengan hukuman adalah:
• Hukuman mengajarkan suatu pelajaran melalui pemaksaan emosional atau kekerasan fisik, hukuman mungkin terlihat bisa menghentikan perilaku yang tidak diinginkan saat ini namun sudah pasti tidak mencegahnya terulang lagi di masa mendatang. Berdasarkan berbagai riset para pakar psikologi hukuman bukan cara yang efektif agar anak bertingkah laku baik untuk jangka panjang.
• Disiplin menggunakan kebijaksanaan untuk mengajarkan nilai-nilai yang memperlihatkan betapa seorang anak dapat menentukan sendiri pilihannya dengan baik sesuai dengan perkembangan emosinya saat itu. Oleh karena itu tak ada “cara yang benar “ yang bisa berfungsi sepanjang waktu untuk semua situasi
Saya jadi teringat dengan seorang klien kecil berusia 5 tahun, ia dikeluhkan oleh ayah dan ibunya sebagai anak yang susah diatur, sulit diberitahu, pemarah dan sukanya hanya main boneka dan menonton film.

Saat pertama kali melihat wajahnya di ruangan saya biasa menerima klien maka saya langsung tertarik dengan gadis kecil ini. Matanya berbinar menandakan kecerdasan dan senyumnya merekah menandakan keceriaan khas anak kecil. Saya tak yakin anak ini susah diatur dan sulit diajak bekerja sama seperti yang dikeluhkan orangtuanya.
Saya langsung menyapa kedua orangtuanya dan kemudian langsung mengalihkan perhatian padanya. Setelah berbincang santai dengannya beberapa saat saya mengirimnya ke dalam ruangan lain untuk bermain bersama dengan putera saya Fio dan Aldo. Dan sekarang saya hanya bertiga bersama kedua orangtuanya. Tak berapa lama saya mendapati kedua orangtuanya over-expectation (berpengharapan lebih) terhadap anaknya yang baru berusia 5 tahun.

“Saya ini sakit tenggorokan dan berusaha mencari cara agar sembuh sendiri tanpa ke dokter karena ingin menghemat biaya. Saya berusaha menjaga makanan yang masuk dan banyak minum air putih. Kemarin dia membuat saya jengkel sekali. Sudah tahu dirinya batuk ehhh …… malah makan es krim. Saya berkali-kali mengingatkan untuk menjaga makanannya namun ia tetap saja bandel. Ia harusnya mengerti bagaimana orangtua susah mencari uang. Kami sudah berulang kali menceritakan bagaimana kami bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup ehhhh ……… dia malah seenaknya saja dan tidak mau mengerti kesulitan orangtua. Akhirnya kemarin saya bentak dia dan saya katakan kalau ia lebih baik di luar saja tidak usah pulang rumah kalau hanya bisa menyulitkan orangtua saja” kata sang ayah menceritakan kejadian yang membuatnya sangat jengkel dengan puteri kecilnya.

Saya hanya bisa terdiam dan berusaha memahami jalan pikiran sang ayah yang lagi frustrasi di depan saya. Kemudian sang istri menanyakan pada sang suami, “Tapi kenapa kamu kemarin menawarkan es krim padanya walaupun sudah tahu bahwa ia batuk?”

“Lho saya kan berusaha mendisiplinkan dia. Saya mau tahu kalau dia lagi batuk seperti itu apakah dia bisa mengontrol diri atau tidak? Eh …… kok malah tidak mengerti kalau sedang dites!”

“Lho kamu ini gimana sih, lha si Ellen itu sukanya es krim kok malah kamu tawari. Kamu ini memang cari perkara kok. Kamu sendiri kemarin makan krupuk sama telor goreng walaupun kamu tahu kamu sedang batuk. Terus anakmu tanya kenapa makan gorengan kamu marah!”

“Lha gimana tidak marah. Ia anak kecil mau tahu urusan orangtua. Kan sudah tidak ada pilihan makanan lain di rumah. Ia harusnya mengerti dong kalau kamu sedang sibuk dan tidak sempat masak. Saya sebenarnya juga tidak ingin makan gorengan tapi terpaksa karena tidak ada makanan lain. Kalau saya sakit lebih parah kan yang susah juga seisi rumah”, kata sang suami menimpali.

Ketika mendengar jawaban dari ayah ini saya sebenarnya ingin tertawa tapi saya tahu itu tidak boleh. Saya hanya tersenyum kecil saja dan mencegah pertengkaran suami istri tersebut agar tidak meledak menjadi perang dunia di ruangan saya.
Jika Anda perhatikan sang ayah terlalu egois dan mau menang sendiri. Ia menetapkan peraturan yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya sendiri. Ia tidak memberikan si anak kesempatan untuk menumbuhkan kesadaran diri sesuai dengan usianya. Itulah “aturan plastis” yang sering dibuat orangtua demi keuntungan dirinya. Aturan plastis itu seperti karet yang lentur. Kalau orangtua yang berbuat maka pasti ada penjelasan masuk akalnya dan anak dituntut mengerti penjelasan tersebut dengan keterbatasan cara berpikirnya tapi kalau anak yang berbuat maka ia pasti disalahkan tanpa mempertimbangkan hal lain.

Dari percakapan singkat itu saja kita tak perlu kuliah psikologi untuk tahu siapa penyebab masalah Ellen, yang menurut laporan orangtuanya, susah diatur. Bagaimana menurut Anda, pembaca?

Disiplin positif berarti bekerja dengan komunikasi yang baik, mendengarkan anak, mangamati anak dan menetapkan batasan yang jelas terhadap perilaku anak. Saat membangun sebuah komunikasi perhatikan tipe kepribadian dan bahasa cinta anak agar terhindar dari masalah yang lebih rumit karena pemaknaan yang kurang pas dari pihak anak. Materi detail tentang tipe kepribadian anak dan bahasa cinta bisa Anda pelajari dalam Parents Club Multimedia Course di www.sekolahorangtua.com
Inilah rencana tindakan umum yang bisa kita lakukan untuk membangun suatu situasi kondusif bagi terlaksananya disiplin positif :
1. Sosialisasi tindakan
Sejak dini sosialisasikan apa yang hendak tuju ketika anak-anak itu bertumbuh dan berkembang. Hal ini tergantung dari persepsi yang dimiliki orangtua tentang berbagai aspek kehidupan. Secara bertahap sesuai dengan perkembangan mereka ajarkan kebaikan, pentingnya menghargai kebutuhan dan pendapat orang lain serta kasih sayang. Jangan menetapkan sesuatu tanpa sosialisasi terlebih dahulu karena akan mengagetkan anak.

2. Penetapan batas
Kunci penting di sini adalah keberanian dan kesadaran diri orangtua. Ingatlah bahwa semua anak itu menguji batasan yang ditetapkan untuk dirinya, terutama pada anak yang masih kecil (ini mungkin terdengar agak menjengkelkan Anda, tapi itulah anak-anak). Hal itu menjadi bagian dari proses perkembangan mereka.
Tips yang bisa berguna untuk Anda kembangkan adalah :
• Batasan yang ditetapkan harus adil
• Aturan yang dibuat harus beralasan dan sesuai dengan kemampuan anak
• Perintah yang diberikan harus jelas, positif dan tegas.
Perintah tidak jelas contohnya, “Mama mau kamu bersikap baik!”. Bagi seorang anak usia 6 tahun pun ini masih membingungkan. Ia tidak tahu maksud dari “baik” itu apa. Kata ini sangat relatif. Anda harus menjelaskan poin- poin yang Anda maksud dengan kata “baik”. Apakah yang Anda maksud meletakkan kembali mainan yang telah selesai digunakan atau mengucapkan terima kasih setiap menerima pemberian atau permisi jika hendak lewat di depan orang yang lebih tua atau apa lagi .... ? Hal ini juga berlaku terhadap kata “sopan”. Seringkali orangtua mengatakan pada anaknya “Kamu harus sopan, Nak!” tanpa dibarengi dengan penjelasan dan batasan tentang kesopanan.

3. Beri kesempatan mereka mengalami akibat alami dari perbuatannya
Ijinkan mereka menanggung akibat dari perilakunya jika mereka mencoba melanggarnya. Mereka akan belajar dari pengalaman buruknya. Yang penting setelah mereka mengalami akibatnya jangan diolok-olok. Olokan semacam, “Nah, rasakan sendiri akibatnya kalau tidak mau menurut Papa/Mama!”, malah akan menimbulkan kesedihan mendalam dan bahkan luka batin dalam diri anak kita. Cukup katakan,” Mama / papa ikut sedih kamu mengalami hal ini. Apa yang bisa kamu pelajari dari hal ini agar lain kali kamu bisa lebih baik lagi? Bagaimana Mama/ Papa membantumu agar lain kali tidak terulang lagi?”, setelah itu jika perlu peluklah dirinya untuk membuatnya tetap merasa aman dan diterima apa adanya.

4. Penghargaan
Dekapan dan ciuman selalu merupakan sebuah penghargaan besar bagi seorang anak. Penghargaan berupa hadiah secara perlahan perlu Anda gantikan dengan perhatian positif saat perilakunya mengalami kemajuan. Kita harus waspada terhadap situasi ketika anak-anak hanya akan melakukan sesuatu demi mendapatkan penghargaan. Untuk hal ini Andalah yang tahu batasannya berdasarkan kepekaan yang Anda kembangkan sendiri

5. Otoritas
Tegakkan otoritas Anda sebagai orangtua pada saat yang tepat. Gunakan bahasa tubuh dan intonasi suara yang tepat pada saat yang tepat pula untuk menunjukkan bahwa Anda serius dengan ucapan Anda. Ingatlah selalu “seorang anak senantiasa menguji batasan terhadap dirinya dengan perilakunya”.

Read More..

Monday, October 20, 2008

Melatih Pikiran Bawah Sadar Anak

Berikut ini artikel dari pak Ariesandi (hypnoparenting.com) tentang mendidik pikiran bawah sadar anak.

Pastikan bahwa tindakan / perlakuan dan ucapan / perkataan anda ke anak-anak mempunyai pengaruh yang positif bagi perkembangan dirinya. Karena itulah yang akan membentuk dirinya kelak.

artikel kompletnya berikut ini.

---


Edukasi Pikiran Bawah Sadar Anak
Oleh ariesandi | January 29, 2007

Kita semua tahu bahwa manusia mempunyai dua macam bentuk pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar mempunyai fungsi mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang sudah ada dalam memori kita, menganalisa data yang baru masuk tersebut dan memutuskan data baru akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara.
Sementara itu pikiran bawah sadar yang kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara kerjanya dari pikiran bawah sadar. Selain itu nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan keyakinan terhadap segala sesuatu juga disimpan di sini. Memori jangka panjang kita juga terdapat dalam pikiran bawah sadar.
Pernahkah anda perhatikan seorang anak kecil yang akan tidur dan selalu mencari bantal ”kumal” kesayangannya ? Darimanakah pikiran ini muncul dalam benaknya ? Siapakah yang mengendalikannya ? Itulah hasil kerja pikiran bawah sadar.
Pikiran bawah sadar mengendalikan hampir sembilan puluh persen pemikiran dan tindakan kita. Ingin contoh nyata ? Baiklah, bayangkan tiba-tiba di depan anda saat ini, pada jarak kurang lebih 3 meter, anda melihat sekelebat bayangan yang mirip seperti bentuk ular. Anda menajamkan pandangan untuk melihat lebih jelas dan ternyata …… memang benar …. itu ular kobra yang tampaknya kelaparan. Tubuhnya yang sebesar paha orang dewasa bergerak lambat namun pasti. Suaranya mendesis membuat bulu kuduk berdiri, pandangan matanya sangat bengis dan gigi taringnya mencuat keluar disertai lidahnya yang menjulur-julur siap menerkam apapun yang bisa membuatnya kenyang. Apa yang akan anda lakukan ?
Yaa …. hampir sebagian besar dari kita akan memutuskan untuk lari. Ooops maaf jika anda wanita, anda akan berteriak dulu, bukan ? Baru setelah itu lari. Mengapa ? Karena sebagian besar dari kita tidak pernah tahu bagaimana menaklukkan kobra. Bahkan seandainya tahupun kita lebih baik lari dan mencari bantuan daripada melawannya bukan ?
Bagaimana jika seandainya anda dari kecil sudah diberitahu bahwa kobra itu mendatangkan rejeki. Orangtua anda mengatakan bahwa rumah yang ditempati sekarang adalah hasil dari berjualan kobra. Apakah anda akan lari jika menemui kobra di depan anda ? Tidak bukan ! Anda pasti berpikir ” wah ini rejeki, tanpa dicari muncul di depan mata ”.
Apa yang membedakan situasi di atas ? Yang membedakan adalah program pikiran yang ada dalam pikiran kita. Program tersebut mengendap dalam bawah sadar dan akan terpicu keluar oleh suatu kejadian tertentu. Ada banyak sekali program di dalam bawah sadar kita. Pernahkah anda memperhatikan program seperti apa yang masuk dalam pikiran kita setiap harinya ?
Pikiran bawah tidak bisa menolak apapun yang anda masukkan melalui kelima panca indera anda. Bahkan hal-hal yang tidak anda perhatikan secara sadar akan terekam dalam pikiran bawah sadar.
Bagaimana dengan anak-anak kita ? Kebanyakan orangtua sekarang sibuk memberikan ’makanan’ pada ’pikiran’ sadar anaknya. Anak usia 3 tahun – 4 tahun sudah dibawa pergi ke tempat les bahasa inggris, les mandarin, les menulis, membaca dan lain sebagainya.
Mereka mengatakan itu sudah tuntutan jaman. Oh ya…. jaman yang mana ? Dan tuntutan seperti apa persisnya ? Pernahkah anda secara serius memikirkan apa yang sebenarnya dituntut oleh anak-anak kita ? Dan apa yang sebenarnya dituntut oleh sebuah kehidupan sukses ?
Marilah kita lihat sekeliling kita, ada banyak orang yang menguasai bahasa Inggris dengan bagus ( apalagi di Inggris dan Amrik sono ) tetapi tidak punya pekerjaan. Dan ada banyak orang juga yang hanya lulusan SMU dan kurang bisa bahasa Inggris tetapi sukses luar biasa ! Ada banyak sarjana S1, S2 bahkan S3 yang hidupnya biasa-biasa saja.
Apakah artinya itu ? Itu semua artinya adalah netral. Kesemuanya itu adalah variabel. Variabel bisa bernilai benar ataupun salah. Seperti x + 2 = 5 akan benar jika x diganti dengan angka 3 dan akan salah jika x diganti dengan angka 4 atau 8. Bahasa Inggris, Mandarin, gelar sarjana, IQ tinggi, masuk sekolah top dan nilai IP tinggi adalah variabel. Tidak menjamin 100% hidup akan sukses !
Lalu apa yang menjadi variabel tetap ? Apakah ada ? Tentunya ada. Lihatlah kehidupan ratusan milyuner dalam dan luar negri, pelajarilah dan tariklah kesimpulan adakah variabel tetapnya ?
Satu hal pasti yang dimiliki oleh mereka semua adalah konsep diri sehat. Di manakah konsep diri sehat ini tersimpan ? Dalam pikiran bawah sadar.
Inilah yang harus kita jaga dalam diri setiap anak. Dengan konsep diri sehat hampir semua hal dapat dilakukan oleh seorang anak yang tumbuh menjadi dewasa. Jika kita berbicara konsep diri sehat kita bicara diri ideal sehat, citra diri sehat dan harga diri sehat. Dan jika kita bicara tiga hal ini kita bicara seorang yang memiliki impian, yang bersedia mewujudkannya dalam kehidupan nyata dengan apapun yang ada di tangannya. Kita bicara mengenai semangat tinggi, keyakinan dan kepercayaan positif, kreativitas tanpa henti, keuletan, keberanian menempuh perjalanan hidup, ketegaran seorang manusia dan kemampuan untuk mempelajari apapun juga yang diperlukan untuk sebuah kesuksesan !!
Apakah konsep diri positif ini bisa dikondisikan ? Ya !!! Anda bisa menciptakan kondisi yang mendukung. Caranya adalah dengan memahami bagaimana konsep diri ini tertanam dalam pikiran bawah sadar. Konsep diri tertanam dalam pikiran bawah sadar melalui pengulangan, pengalaman, tradisi dan model dari figur yang memiliki otoritas di mata anak.
Perhatikanlah apa yang berulang kali anda lakukan, ucapkan dan pikirkan terhadap anak-anak. Itulah yang nantinya akan membentuk mereka. Dari bahan dasar ini mereka akan mengembangkan diri mereka melalui pergaulan dengan lingkungan.
Mengapa bayi 1 tahun belajar berdiri dan berjalan ? Karena sejak ia bisa menggunakan matanya ia melihat orang-orang di sekitarnya berdiri ditopang kedua kaki dan berjalan. Cobalah anda bayangkan bagaimana jika sang bayi hanya melihat orang merangkak sejak ia bisa menggunakan matanya untuk melihat.
Sejauh apakah pengaruh program pikiran bawah sadar ? Program pikiran bawah sadar akan menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Dengan cara lain bisa dikatakan kehidupan yang dijalani seseorang adalah perwujudan dari program yang ada di bawah sadarnya dalam tingkat tertentu.
Pastikan bahwa tindakan / perlakuan dan ucapan / perkataan anda ke anak-anak mempunyai pengaruh yang positif bagi perkembangan dirinya. Karena itulah yang akan membentuk dirinya kelak.
Read More..

Sunday, October 19, 2008

Kamus Basa Indonesia - Jowo

Berikut ini link yang laen tentang kamus basa Indonesia - Jowo.

http://kamus-jowo.co.cc

Insya Allah bermanfaat. Read More..

Saturday, October 18, 2008

Qurban Terbaik

Seringkali mudah bagi kita merencanakan untuk membeli suatu barang yang tidak murah; HP/PDA yang harganya 6 juta ke atas sudah kita persiapkan untuk kita beli. Atau barang-barang lain yang kalau kita renungkan hanya berguna untuk diri kita sendiri.

Tetapi, untuk sesuatu yang sangat dianjurkan seperti pembelian Hewan Qurban, terasa berat sekali bagi kita untuk mengeluarkan dana membeli Kambing/Domba seharga 1.5 ~ 2 juta.

Mendekati saat Qurban (Insya Allah 8 Desember 2008), semoga cerita ini (saya ambil dari beranigagal.blogspot.com) dapat menjadi inspirasi kita untuk selalu memberikan yang terbaik yang pernah kita lakukan.

---

Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurbankan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan Nabi Allah Ibrahim & Nabi Ismail.
Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya. "Berapa harga kambing yang itu pak ?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut. "Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.
"Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi. "Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si pedagang bertahan. "Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama "Maaf pak, masih jauh." ujarnya cuek. Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya. "Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku "Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek "Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.
"Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri. Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek. Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah dikemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat.
Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit. "Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian " Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah" katanya Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar. "Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?"
katanya kagum "Dua juta tidak kurang tidak lebih kek." kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek. " Weleh larang men regane (mahal benar harganya)?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan "bisa di tawar-kan ya mas ?" lanjutnya mencoba negosiasi juga. "Cari kambing yang lain aja kek." si pedagang terlihat semakin malas meladeni. "Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini) Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas." katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu dibukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya. "Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja. Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.
"Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan "Ora ono ongkos kirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih "Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek" mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah) "Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya "tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu).
"Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku.
Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat. Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek.
Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan. Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing. Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi. Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya Yang sanggup mengkoleksi "raket" hanya untuk olah-raga seminggu sekali Yang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus Tapi apa yang aku pikirkan? Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana. Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya. Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu. (Cikini, 12-11-07)

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oleh Jojo Wahyudi
Read More..

Monday, October 13, 2008

Kamus Basa Jowo - Indonesia

Sebagai orang Jawa, perlu kiranya melestarikan bahasa Jawa yang semakin lama semakin jarang digunakan (khususnya bahasa Jawa halus/krama inggil).

Berikut ini link ke website kamus basa Jowo ke Indonesia (walopun masih terbatas)

http://www.geocities.com/sesotya_pita/bausastra/kamus/kamus_jawa.htm

Insya Allah bermanfaat. Read More..

Saturday, October 11, 2008

Selamat Idul Fitri 1429 H

Saya ucapkan

Selamat Idul Fitri 1429 H
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir & Bathin Read More..